Thursday, July 11, 2013

Perjalanan Ke India Part I







Saat ini saya mendapatkan kesempatan untuk pelatihan Field Epidemiology Training Program (FETP) di Delhi, India selama 3 bulan. Waktu yang lumayan lama karena harus meninggalkan keluarga he….saya berangkat dari Bali menuju Singapore sekitar 2,5 jam karena mesti transit disini dulu kemudian barulah menuju India selama 5,5 jam jadi total 8 jam perjalanan. Pesawat yang saya pakai Singapore airline, pesawatnya besar dan pelayanannya bagus karena dapat fasilitas makan pula. Saya ketemu teman dari Jakarta di Singapore karena sudah janjian sebelumnya,  ada 2 orang dari Depkes Indonesia.
            Sampai di Bandara Delhi cukup besar juga standar internasional airport lah disini pemeriksaanya tidak ketat tinggal periksa passport dan visa bisa lanjut lagi. Sampai pintu keluar kita pesan taxi di counter resmi lho berharap dapat yang ok lah tanya harga sekitar 400 rupee (1 rupe = 200) kita kalkulasi 80.000 wah gak mahal boleh nih karena jaraknya sekitar 30 km dari bandara hotel tempat kita menginap. Sampai di luar kita masuk ke taxinya ternyata ada yang menanyakan karcis kita dia bilang “this is non AC, do you want AC ?” wah mulai mikir saya. Karena mereka minta harga yang beda lagi. Saya ngotot minta harga tetap saja sesuai karcis.
            Wah ternyata taxi disini beda dengan kita punya mereka kelasnya masih rendah. Taxi mereka sediakan kebanyakan mobil macam karimun disini namanya Wagon tapi yang kita naiki sekelas mobil carry tanpa AC pula karena pakai AC alami aja deh. Sampai di India kita sudah malam jam 23.00 kalau di Bali sudah jam 1.30 selang 2,5 jam. Selama perjalanan sekilas malam itu tampak jalanan disini besar-besar. Selanjutnya tibalah kita di Hotel yang disediakan fasilitator kita disini.
            Next day, kita datang kesini sebenarnya tanpa modal bahasa Indi Cuma bahasa inggris jadi tidak ada persiapan untuk bahasa Indi. India kan dahulu pernah di Jajah Inggris jadi mereka sebagian mengerti bahasa inggris. Pelatihan hari pertama di National Communicable Diseases Control (NCDC) semacam P2PL Depkes RI gedungnya masih lama seperti Indonesia tahun 1980 sempat saya berpikir apa ini gedung punya sejarah jadi tidak boleh dibongkar yah ???. Kami pelatihan di ruang sidang, ada kursi dan meja berbentuk melingkar. Ada juga disediakan fasilitas komputer namun masih lama juga karena harddisk masih bentuk box di belakang. Hal yang paling penting bagi kita wifi ternyata tidak disediakan “parah”. Apa karena mereka ingin kita serius belajar gak hanya FB aja kale yah he….syukurnya di hotel disediakan fasilitas wifi gratis jadi masih bisa online dengan BB, FB, twiter, what’s up dan sebagainya wakakakakkakaka.
            Hal yang manarik disini adalah system transportasi mereka, bisa di bilang kalah Indonesia. Mereka membuat jalanan kota khususnya sudah lebar-lebar dan sub way (kereta bawah tanah) itu sudah selesai dibangun namanya Metro stasiun biayanya murah, cepat pula. Dengan menaiki metro kita bisa dengan cepat menuju tempat yang akan dikunjungi khususnya sekitaran kota. Kata orang Indonesia yang bekerja disini dia bilang pembangunan subway dan monoreln Jakarta berbarengan tapi disini sudah selesai di Jakarta masih belum.
            Kendaraan yang biasa kita pakai adalah oto semacam bajai karena biaya lebih murah he… menghemat pengeluaran kita. India terkenal dengan prinsip Swadhesi mereka berdiri dengan kaki sendiri sehingga cenderung mereka sederhana dan tertutup dengan produk luar. Tetapi itu dulu karena sejak tahun 2006 perubahan India cukup signifikan. Produk dari cina membanjiri pasaran jumlah peduduknya 1 milyar bayangkan saja jual produk murah tapi laku banyak kan untungnya gede tuh dari pada jual mahal tapi laku sedikit. Kendaraan di India juga sudah beraneka ragam kebanyakan dari jepang semacam Suzuki, Toyota, Mitsubishi dan lainnya dan kendaraan pribadi kebanyakan city car. Hal yang beda adalah sebagian besar kendaraan disini lecet-lecet bekas goresan. Kemungkinan karena mereka tidak disiplin bawa kendaraan jadi sering serempetan lecet deh.
Di Kota Delhi banyak terdapat museum juga mungkin termasuk heritage city, bahkan beberapa bangunan di Kota masih sangat terkesan lama miriplah kayak Bandung yang melestarikan bangunan warisan penjajah. Kepadatan penduduknya wow sangat padat bahkan lebih banyak dari Jakarta. Transportasi umum mereka sudah cukup bagus perkembangannya Cuma disiplinnya aja yang kurang kalau di jalan. Suara bel kendaraan bisa kita nikmati setiap saat tin…tin….tin….
            Soal makanannya India cukup khas karena mereka masak menggunakan rempah-rempah kalau tidak biasa dengan lidah kita jadi gak enak deh….. selama seminggu disini seringan menikmati Chinese food kebetulan rumah makannya sebelah hotel. Tapi Siangnya biasanya coba makanan India tapi belum familiar sama nih lidah. Bahkan lebih enak makan siang dengan roti dan selai dari pada itu wakakakakka dasar lidah indo.
            Tunggu cerita selanjutnya yah  

Wednesday, June 12, 2013

Surveilan Epidemiologi

 
PENGERTIAN SURVEILANS DAN EPIDEMIOLOGI
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :
Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :
The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control
Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah”.
Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya”.
Jadi, surveilans epidemiologi.
• Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
• Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.
2. KEGUNAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan dukungan surveilans epidemiologi.
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam :
1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.
2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan serta bencana.
3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :
a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain–lain
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
d. Untuk memastikan keadaan–keadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi penyakit.
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya, dsb.

Thursday, June 6, 2013

Penerapan Sistem 3R dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga



Reduce (Mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan)


  • Kurangi pemakaian kantong plastik. Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adalah sampah dari kantong plastik yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastik adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang.
  • Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
  • Mengutamakan membeli produk berwadah, sehingga bisa diisi ulang.
  • Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
  • Membeli produk atau barang yang tahan lama.
 
Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru)
  • Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cotton-but. 
  • Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. 
  • Menggunakan kembali kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya.
 
Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru)
  • Sampah organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk.
  • Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik, dompet, dll.
  • Disetorkan ke bank sampah yang kemudian dikonversikan ke tabungan.

Wednesday, December 19, 2012

Flu burung

Cara penularan

Citra mikrograf virus flu burung dalam tahap akhir.[1]
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya

Gejala dan perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernapasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.

Wednesday, August 15, 2012

Mengenal Penyakit Filariasis, Cara penularan dan pencegahnnya

Penyakit filariasi atau penyakit kaki gajah pada akhir-akhir kemarin mendapat perhatian penting bagi masyarakat di Indonesia lantaran terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan di salah satu propinsi di Indonesia. Adakah kita sudah mengenal penyakit ini ? penyakit filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres.
Penyakit Filariasis ini bersifat menahun dan kronis dan bila tidak cepat mendapat pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik bagi perempuan dan laki-laki.
WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 ). Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. ( Sumber )
Cara Penularan penyakit filariasis
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir ( pembawa ) yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah
Demam berulang-ulang selama 3 ? 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Pencegahan penyakit Filariasi :
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
  • Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
  • Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
  • Membersihkan semak-semak disekitar rumah
  • Dapat juga menggunakan tanaman yang dapat mengusir nyamuk.
  • Untuk pencegahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk disini.

Wednesday, July 4, 2012

KONTROVERSI KONDOM, LOKALISASI DAN JARUM SUNTIK DALAM PENANGGULANGAN AIDS


OLEH : SANG GEDE PURNAMA

Kasus HIV/AIDS setiap tahuan semakin meningkat jumlahnya. Jumlah kasus HIV di Indonesia secara kumulatif dari tahun 1987 hingga Maret 2012 sebesar 82.870 kasus dan AIDS sebesar 30.430 kasus. Kasus yang paling banyak pada usia produktif 20-29 tahun.  Perlu dilakukan upaya pencegahan yang komprehensif dalam penanggulangannya ada beberapa isu yang dapat menimbulkan kontraversi di masyarakat terkait kebijakan penanggulangan AIDS yakni penggunaan kondom, lokalisasi dan anjuran jarum suntik di lapas.
            Kebijakan penggunaan kondom pada remaja baru-baru ini menjadi suatu isu yang kontroversial sehingga membutuhkan penjelasan menteri kesehatan lebih lanjut. Kondom adalah suatu alat kontrasepsi sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mencegah penularan HIV lewat hubungan seksual. Kondom menjadi suatu isu yang kontroversial karena masih dipandang melegalkan seks bebas. Mempromosikan kondom bagi sebagian orang dianggap menganjurkan remaja untuk melakukan seks bebas. Hal ini tentunya menjadi perdebatan dan ditentang berbagai tokoh agama dan pemerhati sosial budaya bahkan belakangan menjadi perdebatan secara politis karena terkait kebijakan dan peraturan.
            Sebenarnya program pemanfaatan kondom secara konsisten terbukti dapat menurunkan kasus HIV/AIDS seperti yang dilakukan di Thailand dengan program kondom 100%. Penularan HIV/AIDS di Indonesia lebih banyak melalui hubungan seksual. Untuk itulah ada anjuran untuk menggunakan kondom. Selama ini penggunaan kondom dirasa masih kurang sedangkan beberapa anak muda sudah melakukan seks bebas tanpa menyadari risiko yang akan ditimbulkannya. Maka kepada orang yang melakukan seks berisiko tersebut sebaiknya menggunakan kondom. Hal ini bertujuan mengurangi penyebaran HIV/AIDS.
Selain isu penggunaan kondom juga ada isu untuk melakukan lokalisasi dalam penanggulangan AIDS. Melakukan lokalisasi pada pekerja seks juga menjadi isu yang kontroversial. Masyarakat kita dengan budaya timur dan berasaskan agama serta pancasila sebenarnya tidak ada yang mengakui keberadaan tempat lokalisasi. Pekerja seks juga dilarang karena tidak sesuai norma agama, hukum dan sosial masyarakat Indonesia. Selanjutnya daerah mana yang bersedia disebut sebagai daerah lokalisasi ? apalagi disebut sarang pekerja seks. Maka yang akan timbul adalah perlawanan dari berbagai lapisan masyarakat terhadap kebijakan tersebut.
Kebijakan lokalisasi sebenarnya bertujuan untuk mempermudah mengontrol keberadaan pekerja seks sehingga dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan. Kalau mereka mobilitasnya tinggi sering berpindah-pindah dan keberadaanya sulit di deteksi justru akan mempersulit untuk melakukan pengawasan serta pemeriksaan terhadap kondisi kesehatannya. Hal ini justru mempercepat penyebaran HIV/AIDS oleh sebab itulah ada usulan untuk melakukan lokalisasi terhadap pekerja seks.
Program pemberian jarum suntik pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan sampai saat ini  menjadi isu yang kontroversial. Di lembaga pemasyarakatan dilarang ada peredaran narkoba dengan demikian maka tidak perlu ada penggunaan jarum suntik untuk injeksi narkotika sehingga program pemberian jarum suntik steril pada napi dianggap tidak perlu. Bahkan beberapa menganggap memberikan jarum suntik terkesan menganjurkan penggunaan narkotika di lembaga pemasyarakatan.
Faktanya banyak warga binaan pemasyarakatan yang tertangkap menggunakan narkotika dan psikotropika. Hal ini menunjukkan bahwa ada peredaran narkoba di lapas. Penggunaan narkotika secara bersama-sama tanpa jarum suntik steril dapat mempercepat penyebaran virus HIV. Hal itulah yang menyebabkan perlunya pembagian jarum suntik steril kepada warga binaan di lapas.
Hal ini mengingatkan kita kepada tokoh politik untuk berhati-hati dalam mengeluarkan isu politis terkait dengan kebijakan kesehatan terutam isu kontroversial karena akan berdampak politis. Upaya penanggulangan HIV/AIDS memang diperlukan program yang komprehensif namun demikian bukan berarti kita membuat keresahan di masyarakat. Program pencegahan HIV/AIDS memerlukan kesadaraan semua pihak untuk bersama-sama melihat permasalahan dari perspektif kesehatan masyarakat.

Sudut pandang kesehatan masyarakat
Prostitusi sebenarnya hampir di setiap negara melarang baik secara hukum maupun agama. Namun kenyataanya masih tetap ada dan berkembang di masyarakat walaupun beberapa yang terselubung. Sekarang ini kondisinya semakin sulit di kontrol karena terselubung dan beberapa bersifat on call. Upaya merubah perilaku masyarakat tidaklah mudah terutama untuk tidak melakukan kegiatan yang berisiko untuk tertular HIV.
Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada obatnya sehingga upaya pencegahan akan lebih efektif untuk penanggulanganya. Ibu rumah tangga yang ada di rumah juga dapat berisiko tertular apabila suaminya suka jajan di luar. Oleh sebab itu disarankan untuk mengetahui status HIV masing-masing pasangan sehingga bisa mencegah penularanya.
Penularan HIV melalui kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma untuk itu kita dapat menghindarinya dengan rumus ABCDE dengan A (abstinancy) yakni tidak melakukan hubungan seksual berisiko, B (be faithful) yakni setia pada pasangan, C (use condom) mempergunakan kondom jika berhubungan seks berisiko, D (don’t use drug) jangan mempergunakan narkoba yang dapat meningkatkan perilaku berisiko apalagi berbagi jarum suntik tidak steril akan mempercepat penyebaran HIV. E (Education) memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan AIDS.


Sunday, June 10, 2012

JAMINAN SOSIAL NASIONAL TERTUNDA LAGI


 
Oleh : Sang Gede Purnama


Sudah 7 tahun ditetapkannya Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (SJSN) namun belum dapat dilaksanakan sampai saat ini. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terwujudnya SJSN di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Mereka akan terjamin hidupnya sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-undang dasar 1945 dan Pancasila. Jenis program jaminan sosial meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau wiraswastawan.
Program Jamsosnas diselenggarakan menurut asas-asas berikut ini: Asas saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya akan membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang mempunyai risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan membantu mereka yang sakit.   Asas kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program Jamsosnas. Asas dana amanah (trust fund): dana yang dikumpulkan dari peserta akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas. Asas nirlaba: dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh peserta. Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan efektifitas. Portabilitas: peserta akan terus menjadi anggota program Jamsosnas tanpa memedulikan besar pendapatan dan status kerja peserta.
Badan penyelenggara jaminan sosial yang ditunjuk adalah Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK); Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN); Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).
            Program Jaminan Kesehatan berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2010. Dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237,5 juta jiwa, masih terdapat 116,9 juta jiwa penduduk (49,22%) yang belum memiliki program Jaminan Kesehatan. Sementara yang menjadi peserta Askes 95,2 juta jiwa, Jamsostek 4,4 juta jiwa, ASABRI 2 juta jiwa, Badan Pelaksana (Bapel) Asuransi 5 juta jiwa, dan peserta Asuransi Komersial 8,8 juta jiwa. Ini menunjukan hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak memiliki asuransi kesehatan. Mereka membutuhkan pemerataan dan keadilan untuk mendapatkan haknya sebagai warga Negara Indonesia.
            Berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya melaksanakan SJSN terletak pada kesepakatan pemegang kebijakan yakni pemerintah dan DPR dalam membuat peraturan terkait yang mendukung telaksananya program tersebut. Anggaran yang dibutuhkan untuk terlaksananya program ini memang cukup besar namun demikian dengan mekanisme yang tepat maka akan berjalan lancar. Program SJSN sesuai asasnya yakni gotong royong dan kepesertaan wajib maka akan ada subsidi dari yang kaya ke miskin dan saling membantu sesuai prinsip asuransi. Kalau saja kenaikan BBM itu mengangkat isu ini bukannya sekedar memberikan bantuan langsung tunai yang sifatnya sementara mungkin akan banyak mendapatkan dukungan masyarakat.
            Tuntutan buruh terkait dengan pemberlakuan sistem outsourcing selama ini dapat dipahami karena masa depan mereka kurang terjamin, gaji dipotong pihak ketiga dan tidak ada jenjang karir. Bagi perusahaan juga rugi karena mereka investasi tenaga tetapi SDM mereka tidak ada jaminan akan tetap bekerja terus. Dengan adanya SJSN maka pekerja diharapkan akan mendapatkan dana pension dan jaminan hari tua sesuai dengan hasil kerjanya. Perusahan juga akan diringankan dengan sistem ini karena ada jaminan dari Negara untuk tenaga kerjanya.
Permasalahan yang muncul berikutnya bagaimana menggabungkan beberapa l Badan penyelenggara jaminan sosial dengan peranan, anggota dan asetnya tersebut. Mereka sudah memiliki peranan masing-masing untuk gampangnya lembaga yang ditunjuk tetap menjalankan fungsinya dan dievaluasi kinerjanya secara teratur. Dengan demikian tidak perlu membuat lembaga baru lagi ataupun kalau mau di digabung dibuatkan suatu lembaga khusus yang menangani SJSN dan terkontrol kinerjanya secara teratur.
            Lalu kenapa program seperti ini ditunda padahal undang-undangnya sudah disahkan. Teknis penyelenggaraan SJSN sudah diatur dalam undang-undang diserahkan pada lembaga jaminan sosial nasional mereka diberi tanggungjawab untuk menyelenggarakannya. Saat ini diperlukan kesepakatan antara pemerintah dan DPR untuk mendapatkan dukungan politik serta kebijakan pendukung terkait. Anggaran dalam pelaksanaan program ini dapat mengelola dari anggaran yang ada sebelumnya untuk selanjutnya sambil berjalan mengumpulkan dana dari masyarakat dan pajak. Berjalannya SJSN sangat terkait dengan komitmen dari eksekutif dan legislatif dalam menjalankan amanat undang-undang yang telah dibuat.
Penerapan undang-undang SJSN adalah sangat ideal dimana Negara menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak pihak tentunya sangat mendukung dengan kebijakan ini karena manfaatnya begitu besar bagi kehidupan bernegara. Realisasi undang-undang tentang SJSN sangatlah diharapkan semua pihak.