Saat ini saya mendapatkan kesempatan untuk pelatihan
Field Epidemiology Training Program
(FETP) di Delhi, India selama 3 bulan. Waktu yang lumayan lama karena harus
meninggalkan keluarga he….saya berangkat dari Bali menuju Singapore sekitar 2,5
jam karena mesti transit disini dulu kemudian barulah menuju India selama 5,5
jam jadi total 8 jam perjalanan. Pesawat yang saya pakai Singapore airline,
pesawatnya besar dan pelayanannya bagus karena dapat fasilitas makan pula. Saya
ketemu teman dari Jakarta di Singapore karena sudah janjian sebelumnya, ada 2 orang dari Depkes Indonesia.
Sampai
di Bandara Delhi cukup besar juga standar internasional airport lah disini
pemeriksaanya tidak ketat tinggal periksa passport dan visa bisa lanjut lagi.
Sampai pintu keluar kita pesan taxi di counter resmi lho berharap dapat yang ok
lah tanya harga sekitar 400 rupee (1 rupe = 200) kita kalkulasi 80.000 wah gak
mahal boleh nih karena jaraknya sekitar 30 km dari bandara hotel tempat kita
menginap. Sampai di luar kita masuk ke taxinya ternyata ada yang menanyakan
karcis kita dia bilang “this is non AC, do you want AC ?” wah mulai mikir saya.
Karena mereka minta harga yang beda lagi. Saya ngotot minta harga tetap saja
sesuai karcis.
Wah
ternyata taxi disini beda dengan kita punya mereka kelasnya masih rendah. Taxi
mereka sediakan kebanyakan mobil macam karimun disini namanya Wagon tapi yang
kita naiki sekelas mobil carry tanpa AC pula karena pakai AC alami aja deh.
Sampai di India kita sudah malam jam 23.00 kalau di Bali sudah jam 1.30 selang
2,5 jam. Selama perjalanan sekilas malam itu tampak jalanan disini besar-besar.
Selanjutnya tibalah kita di Hotel yang disediakan fasilitator kita disini.
Next
day, kita datang kesini sebenarnya tanpa modal bahasa Indi Cuma bahasa inggris
jadi tidak ada persiapan untuk bahasa Indi. India kan dahulu pernah di Jajah
Inggris jadi mereka sebagian mengerti bahasa inggris. Pelatihan hari pertama di
National Communicable Diseases Control (NCDC) semacam P2PL Depkes RI gedungnya
masih lama seperti Indonesia tahun 1980 sempat saya berpikir apa ini gedung
punya sejarah jadi tidak boleh dibongkar yah ???. Kami pelatihan di ruang
sidang, ada kursi dan meja berbentuk melingkar. Ada juga disediakan fasilitas komputer
namun masih lama juga karena harddisk masih bentuk box di belakang. Hal yang
paling penting bagi kita wifi ternyata tidak disediakan “parah”. Apa karena
mereka ingin kita serius belajar gak hanya FB aja kale yah he….syukurnya di
hotel disediakan fasilitas wifi gratis jadi masih bisa online dengan BB, FB,
twiter, what’s up dan sebagainya wakakakakkakaka.
Hal
yang manarik disini adalah system transportasi mereka, bisa di bilang kalah
Indonesia. Mereka membuat jalanan kota khususnya sudah lebar-lebar dan sub way
(kereta bawah tanah) itu sudah selesai dibangun namanya Metro stasiun biayanya
murah, cepat pula. Dengan menaiki metro kita bisa dengan cepat menuju tempat
yang akan dikunjungi khususnya sekitaran kota. Kata orang Indonesia yang
bekerja disini dia bilang pembangunan subway dan monoreln Jakarta berbarengan
tapi disini sudah selesai di Jakarta masih belum.
Kendaraan
yang biasa kita pakai adalah oto semacam bajai karena biaya lebih murah he…
menghemat pengeluaran kita. India terkenal dengan prinsip Swadhesi mereka
berdiri dengan kaki sendiri sehingga cenderung mereka sederhana dan tertutup
dengan produk luar. Tetapi itu dulu karena sejak tahun 2006 perubahan India
cukup signifikan. Produk dari cina membanjiri pasaran jumlah peduduknya 1
milyar bayangkan saja jual produk murah tapi laku banyak kan untungnya gede tuh
dari pada jual mahal tapi laku sedikit. Kendaraan di India juga sudah beraneka
ragam kebanyakan dari jepang semacam Suzuki, Toyota, Mitsubishi dan lainnya dan
kendaraan pribadi kebanyakan city car.
Hal yang beda adalah sebagian besar kendaraan disini lecet-lecet bekas goresan.
Kemungkinan karena mereka tidak disiplin bawa kendaraan jadi sering serempetan
lecet deh.
Di Kota Delhi banyak terdapat museum juga mungkin termasuk
heritage city, bahkan beberapa bangunan di Kota masih sangat terkesan lama
miriplah kayak Bandung yang melestarikan bangunan warisan penjajah. Kepadatan
penduduknya wow sangat padat bahkan lebih banyak dari Jakarta. Transportasi
umum mereka sudah cukup bagus perkembangannya Cuma disiplinnya aja yang kurang
kalau di jalan. Suara bel kendaraan bisa kita nikmati setiap saat tin…tin….tin….
Soal
makanannya India cukup khas karena mereka masak menggunakan rempah-rempah kalau
tidak biasa dengan lidah kita jadi gak enak deh….. selama seminggu disini
seringan menikmati Chinese food kebetulan rumah makannya sebelah hotel. Tapi
Siangnya biasanya coba makanan India tapi belum familiar sama nih lidah. Bahkan
lebih enak makan siang dengan roti dan selai dari pada itu wakakakakka dasar
lidah indo.
Tunggu
cerita selanjutnya yah
Kira2 sehari bisa habis berapa di sana?
ReplyDelete