Oleh : Sang Gede Purnama
Provinsi bali adalah salah satu daerah yang endemis demam berdarah. Sejak 2 tahun lalu sudah dilaksanakan program jumantik yakni program juru pemantau jentik yang di gaji secara khusus tiap bulannya di masing-masing banjar. Program ini dilaksanakan khususnya di Kota Denpasar. Di setiap banjar ada jumantik dan tiap desa ada seorang kordinatornya. Apakah program ini berjalan secara baik dan berhasil ???.
Kasus DBD biasanya sangat dipengaruhi oleh musim, biasanya pada musim hujan di pertengahan dan akhir akan meningkat secara cepat seperti mulai desember hingga maret. Kepadatan dan mobilitas penduduk juga ikut menunjang umumnya banyak pada daerah perkotaan.
Program jumantik cukup berperan dalam memantau kondisi lingkungan masyarakat dan selanjutnya memberikan edukasi yang baik. Harus ada petugas khusus yang bergerak untuk bekerja ekstra dalam upaya pencegahan DBD. Utamanya pada daerah perkotaan yang masyarakatnya cukup padat dan mobilitas tinggi. Oleh sebab itulah program jumantik dengan tenaga khusus yang digaji tiap bulannya dijalankan.
Memang pemda akan cukup dibebankan dana yang besar dalam pelaksanaan program tersebut namun bila dibandingkan anggaran untuk pengobatan DBD jika kasusnya meledak tentu jauh lebih besar. Misalnya tahun 2010 di Denpasar kasusnya sempat meningkat drastis hingga 4.431 kasus dengan 41 kematian. Saat ini kasusnya sudah jauh menurun setelah program berjalan 2 tahun lebih.
Jumantik biasanya setiap pagi hingga siang akan keliling mengunjungi setiap rumah dan memeriksa jentik. Mereka akan mendata tempat potensial perkembangbiakan nyamuk. Dengan demikian maka masyarakat akan selalu terkontrol perilakunya dalam melaksanakan 3 M. apalagi setiap KK secara rutin di kunjungi sebulan sekali. Kalau ada kasus DBD di wilayah tersebut maka akan sesegera mungkin dilaksanakan penyelidikan epidemiologi (PE) dan diperiksa 10-20 KK yang ada disekitarnya. Apakah ada jentik ? apakah ada yang demam ? atau DBD dan lainnya ?. Fogging akan dilakukan bila ada 2 kasus atau lebih di lingkungan itu. Hal ini bertujuan mengurangi resistensi nyamuk dan juga anggaran kesehatan.
Program jumantik dinilai cukup berhasil dalam melakukan pencegahan DBD namun demikian ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Pengalaman di lapangan dalam melakukan evaluasi kinerja jumantik, biasanya mereka tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai DBD dan pencegahanya. Motivasi kepada masyarakat juga jarang dilakukan. Hal ini padahal penting sekali masyarakat mesti selalu diberikan dan diingatkan tentang pencegahan DBD.
Kalau program ini berjalan dengan baik maka masyarakat akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang DBD dan terkontrol perilaku mereka. Jumantik juga perlu melakukan pengawasan pada tanah kosong seperti kebun dan kuburan yang seringkali terlewati begitu saja. Tempat-tempat seperti ini juga potensial menjadi breeding place nyamuk Aedes aegypti.
No comments:
Post a Comment