Hospes dan nama penyakit
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini, sedangkan hospes defenitifnya adalah nyamuk Anopheles betina. P.vivak menyebabkan malaria vivak dan disebut juga malaria tersiana.
Distribusi geografik
Spesies ini terdapat di daerah subtropic, dapat juga ditemukan didaerah dingin (rusia); didaerah tropic Afrika, terutama Afrika Barat, spesies ini jarang ditemukan. Di Indonesia spesies tersebut tersebar diseluruh kepulauan dan pada umumnya di daerah endemic mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang lain.
Morfologi dan daur hidup
Dengan tusukan nyamuk Anopheles betina sporozoit dimasukan melalui kulit ke peredaran darah perifer manusia. Setelah kira-kira setengah jam sporozoit masuk dalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Skizon hati berukuran 45 mikron dan membentuk kira-kira 10.000 merozoit skizon hati ini masih dalam daur pra-eritrosit atau daur eksoeritrosit primer yang berkembangbiaknya secara aseksual dan disebut skizogoni hati.
Hipnozoit tetap beristirahat dalam sel hati selama beberapa waktu (sampai kira-kira 3 bulan) sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder. Merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah menghinggapi eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit untuk pembiakan aseksual (skizogoni darah). Merozoit skizon eritrosit tumbuh menjadi tropozoit muda yang berbentuk cincin, besarnya kira-kira 1/3 eritrosit, dengan pulasan gimsa sitoplasmanya berwarna biru, inti merah, mempunyai vakuola yang besar. Eritrosit dihinggapi parasit P. Vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik-titik halus berwarna merah, yang bentuk dan besarnya sama dan disebut titik Schffner. Kemudian tropozit muda menjadi trofozoit stadium lanjut (trofozoit tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasmanya tampak berbentuk ameboid. Pigmen dari parasit ini menjadi makin nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit mengandung 12-18 merozoit dan mengisi selurih eritrosit dengan pigmen berkumpul di bagian tengah atau di pinggir. Daur eritrosit pada P. vivax berlangsung 48 jam dan terjadi secara sinkron. Walaupun demikian dalam darah tepi dapat ditemukan semua stadium parasit dari daur eritrosit, sehingga gambaran dalam sediaan darah tidak uniform, kecuali pada hari-hari permulaan serangan pertama.
Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali, sebagian merozoit yang tumbuh menjadi tropozoit dapat membentuk sel kelamin yaitu makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir seluruh eritrosit dan masih tampak titik Schuffner di sekitarnya. Makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dan inti kecil, padat dan berwarna merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butir-butir pigmen baik pada mikrogametosit maupun makrogametosit jelas dan tersebar pada sitoplasma.
Dala nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama 16 hari pada suhu 200C dan 8-9 hari pada suhu 270C. Dibawah 150C perkembangbiakan secara seksual tidak mungkin berlangsung. Ookista muda dalam tubuh nyamuk mempunyai 30 – 40 butir pigmen berwarna kuning tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.
Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsic biasanya berlangsung 12-17 hari tetapi pada beberapa strain P. vivax dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal; sakit kepala, sakit punggung, mual dan malaise umum. Pada relaps sindrom prodromal ini ringan atau tidak ada. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi dan kemudian turun menjadi normal. Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur disebabkan karena adanya beberapa kelompok (brood) parasit yang masing-masing mempunyai saat sporulasi tersendiri, hingga demam tidak teratur tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam terjadi pada siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas, berkeringat. Suhu badan dapat mencapai 40,60C (1050F) atau lebih. Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing, mengantuk atau gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi tetapi hanya berlangsung sementara. Anemia pada serangan pertama biasannya belum jelas atau tidak berat tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas.
Malaria vivax yang berat pernah dilaporkan di Uni Soviet tetapi komplikasi ini berhubungan dengan adanya malnutrisi atau penyakit lain yang menyertainya. Malaria vivax penting bukan karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan oleh relapsnya. Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun menjadi sangat besar, keras dan kenyal. Trauma kecil (misalnya pada suatu kecelakaan) dapat menyebabkan rupture pada limpa yang membesar, tetapi hal ini jarang terjadi. Pada permulaan serangan pertama, jumlah parasit P. vivax kecil dalam peredaran darah tepi tetapi bila demam tersiana telah berlangsung, jumlahnya bertambah besar. Kira-kira satu minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam darah. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan, dapat berlangsung beberapa minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang. Pada kira-kira 60% kasus yang tidak diberi pengobatan atau yang pengobatanya tidak adekuat, relaps timbul sebagai rekrudesensi (recrudescence) atau short term relaps.
Diagnosis
Diagnosis malaria vivax ditegakan dengan menemukan malaria vivax pada sediaan darah yang dipulas dengan giemsa.
Prognosis
Prognosis malaria vivax biasanya baik tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, oleh karena itu sifatnya relaps yaitu rekrudesensi dan rekurens.
Sumber : Gandahusada, T. dkk, 1997, Parasitologi kedokteran,Jakarta, fak. Kedokteran UI,
No comments:
Post a Comment